Timbang Lawan – Beberapa siswa/i dari SMP Budi Satrya terlihat antusias saat memasak sayuran sehat dengan menggunakan kompor yang tenaganya berasal dari bio-gas. Bio-gas di Eco-farming Center sendiri sudah ada sejak tahun 2014 dengan kapasitas 6-8 ekor lembu. Namun, jumlah lembu yang ada saat ini yaitu hanya dua ekor, belum dapat memenuhi kapasitas yang seharusnya.
Program yang diikuti oleh siswa/i dari Medan ini sebenarnya mengajak siswa/i untuk bisa mengolah makanan dan minuman sehat dari bahan-bahan dan sayuran organik. Sebelum memasak, peserta akan diajak untuk mempersiapkan bahan-bahan yang akan dimasak, termasuk dengan memanen langsung sayuran atau tanaman yang akan digunakan, seperti Kangkung, Jahe, Serai, Ubi, dan lainnya.
Salah seorang siswa merasa takjub mendengar kompor yang digunakannya berasal dari kotoran ternak. Dia tidak percaya kotoran ternak mampu diolah menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan, seperti yang dia gunakan saat memasak. Dengan kapasitas bio-gas yang tidak begitu banyak, namun mampu memasak sebuah sayuran kangkung hingga matang.
Keberadaan Lembu di Eco-farming Center selain untuk bio-gas, juga dibuat sebagai pupuk kandang untuk tanaman organik di kebun. Hal inilah yang membuat kebutuhan akan kotoran ternak di Eco-farming Center masih sangat diperlukan. “Semoga nantinya pasokan kotoran ternak di Eco-farming Center bisa maksimal sehingga bio-gas ini dapat berjalan dengan optimal sehingga semakin bermanfaat untuk kegiatan-kegiatan di Eco-farming Center”, pungkas Khairuddin, Manager PPLH Bohorok. (PPLHBohorok/Arif Hasibuan)