Yayasan Ekosistem Lestari – Sumatran Orangutan Conservation Program (SOCP) Menyambangi Masyarakat Tangse

PIDIE (YEL) — Kegiatan Pendidikan dan Penyadaran Lingkungan di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, (26/07) berlangsung lancar. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) melalui programnya yaitu Sumatran Orangutan Conservation Program (SOCP) bekerjasama dengan Balai Besar Konservasi Alam (BBKSDA) Provinsi Aceh beserta Forum Ranger Aceh.

Kegiatan ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan diantaranya, Camat Tangse, Imam Meukim, Geuchik (Kepala Desa) wilayah Kecamatan Tangse, Forum Ranger Aceh, dan tokoh-tokoh masyarakat Kecamatan Tangse lainnya.

Setelah acara dibuka oleh Camat Tangse yang diwakili oleh Sekretaris Camat Tangse, dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Teuku Muhammad Zulfikar, mewakili YEL. Beliau secara rinci memaparkan tentang program-program yang dilakukan oleh Yayasan Ekosistem Lestari sampai sekarang ini. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan tentang program kegiatan konservasi Orangutan di Jantho yang disampaikan langsung oleh Manager Stasiun Reintroduksi Jantho, Mukhlisin. Terakhir, Irma Yuni, selaku Staf Pengendali Ekosistem Hutan dari BBKSDA Provinsi Aceh memaparkan tentang konservasi empat satwa kunci spesies di wilayah Hutan Lindung Aceh.

Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab. Bapak Fahrudin, seorang Imam Meukim, menanyakan tentang perlu adanya upaya penegakan hukum terhadap pelaku perusakan keanekaragaman hayati yang ada di hutan Tangse, seperti perburuan Burung Rangkok Badak, dan satwa lainnya. Kemudian, beliau juga menanyakan terkait adanya kompensasi yang diberikan jikalau Gajah Sumatera memakan tanaman masyarakat. Terakhir, beliau menegaskan perlu adanya status Hutan Konservasi dan Hutan Penelitian di Tangse agar secara otomatis hutan dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya terjaga dengan baik.

Bapak Darwin, mewakili anggota Forum Ranger Aceh wilayah Tangse, juga turut menyampaikan keluh kesahnya tentang berbagai persoalan yang muncul seperti, maraknya perburuan dengan senjata api, konflik gajak dengan masyarakat di daerah Kemala, dan eksistensi penebangan liar di daerah Lembah Seulawah. Darwin juga menanyakan kepada pemangku kepentingan apakah ada tindakan khusus yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.

T.M. Zulfikar, mewakili YEL, berusaha menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat. Beliau mengatakan bahwa harus adanya sinergi dari para pemangku kepentingan untuk menjawab persoalan tersebut. “Perlu adanya kerjasama yang solid antara hulu dan hilir”, ujar Zulfikar.

Irma Yuni juga menambahkan bahwa BBKSDA sendiri memiliki call center untuk menerima pengaduan dari masyarakat seputar permasalahan satwa dan habitatnya. “Masyarakat juga dapat menghubungi pihak berwajib yang terdekat terkait masalah ini”, tutup Irma.

Diskusi ini pun diakhiri dengan harapan bahwa kegiatan ini dapat terus berlanjut hingga ke desa-desa yang berdekatan langsung dengan hutan di wilayah Kecamatan Tangse. Agar masyarakat dapat lebih mengetahui dan memahami akan pentingnya keberadaan hutan dan keanekaragaman hayati yang ada didalamnya. (PPLH Bohorok/Khairuddin/Editor: Arif Hasibuan)

Share: