Ecofarming Centre, Pusat Pelatihan Pertanian Organik, PPLH Bohorok melakukan pengembangan secara maksimal dari kotoran ternak sapi menjadi biogas. Selama ini, kotoran padat dan cair dari 3 ekor sapi yang dipelihara di Ecofarming Center baru diolah menjadi kompos dan dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman.
Menurut Manajer Ecofarming Center, Yenni Lucia, meskipun jumlah sapi yang ada di Ecofarming Center saat ini baru 3 ekor, namun potensi untuk dikembangkan menjadi energi biogas masih bisa dilakukan. "Kami mengembangkan fasilitas biogas kami untuk 6 ekor sapi, namun bisa diawali lebih dulu dengan memanfaatkan kotoran dari 3 sapi tersebut. Hanya saja berapa kapasitas energi biogas yang bisa dihasilkan dari 3 sapi masih kami analisa,"ujarnya.
Selain menghasilkan limbah padat dan cair untuk pupuk tanaman, kotoran sapi juga dapat menghasil energi alternative (biogas). Energi biogas yang dihasilkan nantinya akan digunakan untuk memasak di Farm House, yang merupakan salah satu fasilitas untuk pengolahan produk pasca panen di Ecofarming Center.
"Pemanfaatan dan pengolahan kotoran sapi menjadi energi biogas ini, menghasilkan energi alternatif yang ramah lingkungan dan aman serta bisa meningkatkan nilai ekonomis dari kotoran sapi tersebut" ungkapnya.


Yenni menjelaskan kotoran sapi yang telah selesai diproses pada tangki digester akan keluar dan selanjutnya ditampung dan dimanfaatkan sebagai pupuk cair untuk tanaman. Ecofarming Center merupakan Kebun Pertanian Terpadu seluas 1,88 Ha, yang ditanami dengan berbagai jenis sayuran, buah-buahan, padi dan tanaman perkebunan dengan sistem Pertanian Organik. Tentunya hal ini membutuhkan pupuk organik yang bisa dihasilkan sendiri oleh Ecofarming Center. Di sisi yang lain, Ecofarming Center memiliki fasilitas baru berupa Farm House dengan dapur ekologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan memasak di dapur, energi biogas adalah pilihannya.
Melalui pengembangan biogas dari kotoran sapi ini, diharapkan bisa dicontoh oleh masyarakat sekitar Ecofarming Center. Sekaligus menjadi solusi ke depan untuk kebutuhan bahan bakar bagi masyarakat pedesaan maupun mereka yang tinggal di dekat kawasan hutan.